Ads

Senin, 05 Desember 2022, Desember 05, 2022 WIB
Last Updated 2022-12-05T06:32:33Z
ARTIKEL

Politik Identitas Diantara Islam Politik dan Politik Islam

 

Foto : DR Arianto Kadir, Cendekiawan Muslim Kota Bitung 


JOURNALTELEGRAF - Atmosfer politik nasional menghadapi Pemilu 2024 diawali dgn strategi penyebaran isu "Politik identitas" dari kelompok tertentu, dan yang menjadi tersangka adalah kelompok islam yang mayoritas. Padahal sejatinya kita umat manusia secara universal hadir dari beragam identitas.


Melihat islam dalam gerakan politik sudah harus dibedakan dgn jelas antara Politik islam dan islam politik, agar kita tdk salah kaprah dan terjebak pada generalisasi.


Ketika berbicara "Politik Islam"  harus disadari bahwa kt. sedang membicarakan sebuah Gerakan yang menjadikan nilai-nilai Islam, etika dan moralitas sebagai solusi dalam kehidupan dengan menjadikan nilai utama perjuanga adalah humanisasi, liberasi dan transendensi islam.


Kalau demikian batasan maknanya, maka perjuangan Politik Islam tidak selalu harus berada dan berafiliasi pada partai politik. Karena upaya mewujudkan terciptanya nilai-nilai Islam dalam konteks kehidupan berbangsa, dapat dilakukan di segenap lini kehidupan. 


Hal ini sejalan dengan quotes Muhammad Abduh dengan perkataan terkenalnya, saya melihat Islam di Barat namun tidak melihat muslim. 

Sedangkan di Timur saya melihat muslim namun tidak melihat Islam. 


Artinya Islam sebagai sebuah nilai belum tentu dapat terlihat pada sebuah komunitas muslim. Dan demikian pula sebaliknya, komunitas muslim juga tidak serta merta merupakan manifestasi ideal dari nilai-nilai Islam. 


Butuh upaya serius dan komitmen kuat dari kaum muslim untuk menerapkan segenap nilai-nilai agamanya. Atau dengan kata lain, Islam secara normatif-tekstual dgn muatan nilai-nilainya begitu ideal, belum tentu sama dan selaras dengan Islam secara kontekstual-historis-sosiologis yang mewujud dalam kehidupan nyata secara sosial budaya dalam sebuah komunitas bangsa muslim.


Sedangkan Islam Politik adalah Gerakan senyap sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol Islam sebagai alat dan jargon politik pragmatis untuk memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya dalam meraih kekuasaan sesaat. 


Ingatlah saudara2ku.... bahwa Sikap dan cara seperti ini sangat merugikan Islam dan kepentingan umat secara keseluruhan dalam jangka panjang.


Dan seringkali aksi-aksi Islam Politik bersifat sangat pragmatis dan cenderung terkesan sekedar memuaskan hasrat dan ambisi untuk berkuasa, dan sering yg menjadi senjata mereka adalah politik identitas.


Untuk membedakan gerakan Politik Islam dan Islam Politik, dapat dilihat pada orientasi akhir dari arah perjuangan gerakan mereka. Mana gerakan Islam yang ujung-ujungnya hanya ingin memuaskan libido kekuasaan dan mana gerakan yang berorientasi pada terciptanya nilai-nilai keadilan, kesetaraan, pembelaan kaum tertindas-terpinggirkan, meski mereka tak meraih kekuasaan politik dan jabatan publik.


Pandangan Politik Islam dan islam Politik sebangun dengan pandangan Islam dan Islamisme. Islam adalah sebuah agama dan sebuah keyakinan religius. Sedangkan Islamisme adalah tafsir politis keagamaan yang di konstruksi dari nilai ideologi Islam.


Permasalahan yang muncul di ruang public, ketika pandangan kaum Islamis, yang merupakan tafsir politis atas agama Islam berusaha dibuat sedemikian rupa sehingga nampak sakral, suci dan seolah menjadi satu satunya kebenaran absolut. 


Sikap inilah yang selama ini menimbulkan percikan-percikan keretakan sosial di dalam tubuh umat Islam sendiri. Kelompok ini sering menggunakan wacana Islamophobia sebagai pembelaan diri. Mereka akan berdalih bahwa orang-orang yang anti dengan Islam Politik adalah kaum Islamophobia, orang-orang yang memiliki ketakutan berlebihan dan tak berdasar dengan para aktivis Islam Politik.



Oleh: DR. Arianto Kadir, Cendekiawan Muslim Kota Bitung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar