Ads

Sabtu, 30 Mei 2020, Mei 30, 2020 WIB
Last Updated 2020-05-30T15:52:14Z
MakassarPendidikan

Rakyat Bantu Rakyat: Kunci Utama Hadapi Pandemi COVID-19




Oleh: Dwicky Wicaksana S.
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Dalam press release Direktur WHO, Tedros Adhanom, mengatakan “Solidaritas adalah kunci untuk mengalahkan COVID-19. Solidaritas antar negara, dan juga solidaritas antara kalangan dengan umur yang berbeda”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas untuk melawan COVID-19.

Kita ketahui bersama bahwa pandemi ini memunculkan banyak peristiwa buruk di tanah air bahkan seluruh dunia. Mulai dari inflasi yang terus meningkat, PHK dimana-mana, kasus kelaparan yang terus melonjak, bahkan ancaman krisis pangan yang terus menghantui.

Mari berkaca pada Vietnam, di saat negara lain sedang dilanda kasus kematian yang terus meningkat, Vietnam hingga kini tetap berada pada angka 0 kematian. Hal ini disebabkan karena solidaritas yang kuat antara rakyat Vietnam.

Solidaritas itu diwujudkan dalam suatu gerakan sosial nyata. Untuk kasus kelaparan, rakyat Vietnam membuat ATM beras sebagai wadah untuk berdonasi beras. 

Dimana orang yang memiliki beras berlebih dapat menyumbangkan berasnya melalui ATM beras dan orang-orang miskin yang membutuhkan beras dapat mengambil beras dari ATM itu secara gratis.

Rakyat Vietnam juga saling mendukung untuk mereka yang sedang dikarantina maupun yang sedang terjangkit kasus positif melalui video pendek yang disebar di sosial media.

Belajar dari kasus Vietnam, seharusnya hal serupa bisa kita terapkan di Indonesia. Apalagi kita memiliki budaya gotong royong yang menjadi semangat bersama.

Semestinya juga kita dapat mewujudkan budaya tersebut dalam bentuk tindakan sosial.

Dalam beberapa kasus masih banyak terjadi peristiwa yang tidak mencerminkan budaya gotong royong bangsa Indonesia. 

Semestinya jika budaya gotong royong ini benar-benar melekat pada diri bangsa Indonesia, seharusnya tidak ada lagi kata “kelaparan” yang terjadi di tengah Pandemi. Alasannya sederhana, kita negara agraria yang kaya akan pangan dan kita negara gotong royong.

Semestinya juga, jika bangsa Indonesia benar-benar menerapkan budaya gotong royong, tidak ada lagi kasus diskriminasi terhadap pasien COVID-19, seharusnya kita sama-sama membantu mereka, atau sekurang-kurangnya memberikan semangat dan dukungan.

Atau apakah mungkin semangat gotong royong benar-benar telah memudar dari jati diri bangsa Indonesia?.

Kemudian mari melihat ke dalam ancaman krisis pangan global, bahkan baru-baru ini, presiden Jokowi memerintahkan untuk membuka lahan pertanian baru dalam menghadapi ancaman krisis pangan.

Namun yang menjadi ironi adalah di saat ancaman krisis pangan terjadi sekarang ini, setiap tahunnya terjadi penggurusan 50 ribu Ha lahan pertanian dengan alasan pembangunan bahkan ada yang berujung pada kasus kekerasan.

Jika benar bangsa Indonesia masih memelihara budaya gotong royong, semestinya sudah tidak ada lagi penindasan terhadap petani itu, padahal petani mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga kesediaan pangan di tengah pandemi ini.

Yang juga menjadi hal yang konyol adalah di saat terjadi kasus positif yang terus meningkat di Indonesia, terjadi PHK dimana-mana. Wakil rakyat malah sibuk membahas  RUU Omnibus Law dan beberapa RUU lainnya.

Padahal tidak seharusnya membahas hal tersebut di tengah pandemi ini, bukannya fokus ke fungsi pengawasannya untuk mengawal COVID-19.

Padahal pembahasan RUU tersebut membutuhkan waktu kajian yang terlalu lama dan membutuhkan peran akademisi dalam penyusunannya.

Dan juga RUU tersebut masih banyak mendapatkan masalah, dalam beberapa hasil kajian ditemukan kecacatan Omnibus Law yang berpihak kepada investor dan merugikan rakyat.

Di sini penulis tidak mempersempit arti “Rakyat Bantu Rakyat” hanya pada tataran tindakan sosial yang langsung memberi dampak terhadap sesama, tetapi penulis memberi arti yang lebih luas untuk “Rakyat Bantu Rakyat”.

Tidak hanya sebatas memberikan beras dan sembako, seperti yang tadi saya jelaskan, tapi jauh dari itu, bagaimana kita bisa memberikan perubahan pada kebijakan publik yang masih banyak bermasalah sehingga kita bisa membantu “Rakyat” dengan cara yang tak kentara tapi memberi dampak yang luas.

Maka dari itu, penulis ingin mengajak kita semua untuk memberi bantuan kepada rakyat, di tengah pandemi ini semesitnya “Rakyat Bantu Rakyat” menjadi sangat kuat dengan semangat gotong royong yang kita miliki.

Mari kita mulai dengan melakukan beberapa tindakan yang kecil, mulai dari memberikan edukasi terhadap sesama, menyebarkan kampanye COVID-19 melalui sosial media, dan juga dapat berupa pemberian sembako dan bantuan lainnya kepada saudara-saudara kita yang miskin.

Kita juga dapat memberikan bantuan lain, tidak hanya berupa materi, tapi juga berupa dukungan untuk sama-sama bisa membantu rakyat. Meskipun dari latar belakang yang berbeda-beda, kita tetap dapat memberikan dukungan terhadap sesama.

Misalnya jika pembaca berasal dari kalangan akademisi, pembaca dapat mulai dengan melakukan gerakan untuk mengubah kebijakan publik yang bermasalah, pembaca juga dapat membuat tulisan yang mengkritisi tentang kebijakan publik yang terjadi sekarang, bahkan pembaca juga dapat membuat aksi kampanye melalui sosial media.

Begitupun jika pembaca dari latar belakang yang lain, selalu ad acara untuk bisa tetap mewujudkan “Rakyat Bantu Rakyat”.

Karena yakin dan percaya, untuk melawan Pandemi ini, dibutuhkan solidaritas yang kuat antar rakyat.

Penularan COVID-19 yang begitu cepat semestinya juga menjadi pertanda bagi kita untuk lebih memperkuatkan kepedulian kita terhadap sesama dan meningkatkan semangat gotong royong.

Jika kita tidak bisa membantu sesama dengan bantuan materi setidaknya kita masih bisa membantu sesama dengan tenaga yang kita miliki, jika tidak bisa keduanya cukup dengan memberi dukungan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar