Ads

Jumat, 28 Februari 2020, Februari 28, 2020 WIB
Last Updated 2020-02-28T05:22:24Z
Opini

ISLAMOPHOBIA ala Ketua BPIP

JOIRNALTELEGRAF - Islamophobia, itulah istilah yang paling tepat menggambarkan apa yang dilakukan oleh seorang Professor mantan Rektor Universitas Islam ternama dan juga ketua BPIP saat ini, suatu lembaga yang menurut pandangan positif, dibentuk dengan ikhtiar untuk memasyarakatkan pancasila sebagai idiologi bangsa, karena maraknya paguyubanisasi saat ini berdampak pada lahirnya semangat etno-nasionalisme dan gerakan konsolidasi identitas, yang berdampak pada semakin terkikisnya nasionalisme ke Indonesiaan, sehingga untuk mengobati virus kebangsaan inilah dilahirkanlah berbagai macam program untuk memperkokoh ikatan kebangsaan dan keIndonesiaan, seperti sosialisasi tentang empat Pilar bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Foto: (dokumen pribadi) DR. Arianto Kadir

Walaupun dalam pandangan saya, ini juga perlu diskusi mendalam, karena Pancasila sebagai Ideologi bangsa seharusnya posisinya sebagai Foundasi bangsa Indonesia, bukan pilar bangsa. Selanjutnya, dibentuklah Badan Pembina Idiologi Pancasila (BPIP), dimana bercokol para tokoh-tokoh pemikir bangsa, dengan gaji ratusan juta perbulan.

Namun yang terjadi malah upaya pengkultusan Pancasila, menjadikan Pancasila memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari agama-agama. Bahkan tidak segan-segan menyerang Islam sebagai agama mayoritas yang telah berjuang menegakkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dari aspek aqidah dan syariah. Sehingga ada anggapan kehadiran lembaga ini hanya untuk memarjinalisasi Islam, membatasi gerakan dakwah Islam... semacam ada ketakutan yang besar terhadap Dakwah Islkam. Dan fakta empiriknya, ketika ada Ormas Islam yang mendukungnya, maka tidak tanggung-tanggung diberikan sejumlah fasilitas, baik jabatan maupun anggaran, namun ketika ada ormas yang menantang, tidak segan-segan dilumpuhkan dengan berbagai macam cara, berbagai macam dalih, sampai pada tindak kriminalisasi, persekusi ulama, dan pembubaran Ormas.

Sikap ini menyebabkan Islam yang mayoritas di negeri ini, menjadi terpenjara, terpasung dan bahkan teradili oleh publik minoritas. Ataukah mungkin ini semua adalah skenario politik untuk menutupi borok yang perlahan-lahan mulai tercium ke publik bangsa...

Bagi saya justru fakta pembelahan bangsa hari ini sebenarnya ancaman nyata kehidupan berbangsa hari ini. Nasionalisme sebagai titik episentrum persatuan dan kesatuan bangsa, sudah mulai melemah dijiwa setiap anak bangsa... yang dikhawatirkan akan ada nasionalisme lain yang sedang dipaksakan untuk disusupkan... yang bukan nasionalisme Pancasila. Karena Nasionalisme Indonesia sangat terikat kuat dengan Islam. Sehingga dengan menjauhkan Islam dari negara, berarti perlahan kuburan nasionalisme Indonesia sedang digali.

Oleh: Dr. Arianto K.
Ketua ICMI kota Jayapura



Tidak ada komentar:

Posting Komentar