Ads

Selasa, 27 Desember 2022, Desember 27, 2022 WIB
Last Updated 2022-12-27T12:44:10Z
Minsel

2023 Mendatang, Produksi Hortikultura Modoinding Terancam Merosot


Hamparan perkebunan hortikultura di Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan adalah terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Foto: Mardi Panrita 





JOURNALTELEGRAF-Modoinding sebagai sentra hortikultura di Kawasan Timur Indonesia (KTI), produksinya terancam merosot pada 2023 mendatang, akibat tidak masuknya semua jenis hortikultura dalam jatah pupuk subsidi nasional. 

Dari 9.013.706 ton alokasi pupuk bersubsidi (Urea dan NPK) pada 2023 mendatang yang kini telah siap disalurkan Kementrian Pertanian (Kementan), melalui PT Pupuk (Persero) ke 1.013 distributor wilayah barat dan timur Indonesia, hanya menyasar sembilan komoditas pertanian yang diklaim berdampak terhadap inflasi, di antaranya: padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah-putih, tebu rakyat, kakao, dan kopi.

Mengamati dari data 9 juta ton alokasi pupuk 2023 yang telah disiapkan pemerintah pusat. Sudah dipastikan Modoinding yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan atau berjarak 133 Kilometer dari Manado sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), hasil produksinya akan sangat berdampak (menurun) dengan tidak meratanya kouta pupuk bersubsidi untuk berbagai jenis hortikultura yang ada di Modoinding.

Diketahui, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) menerangkan bahwa, perang Ukraina-Rusia berdampak dengan berkurangnya alokasi pupuk secara global. Di Indonesia sendiri pemerintah hanya dapat memenuhi 40 persen dari total pengajuan pupuk bersubsidi.

Adapun kebutuhan petani secara nasional mencapai 22,57 juta ton hingga 26,18 juta ton per tahun. Namun, anggaran negara hanya cukup untuk 8,87 juta ton hingga 9,55 juta ton senilai Rp25 triliun. Pasti jauh dari harapan.

Tak terkecuali di Minahasa Selatan, dari 18.820 ton kebutuhan Pupuk Urea, hanya mampu terpenuhi 2.482 ton, NPK 22.181 ton terpenuhi hanya 1.804 ton, dan kebutuhan SP36 sebesar 4.305 ton hanya terpenuhi 36,49 ton. 

Diketahui Kawasan Modoinding di Kabupaten Minahasa Selatan sudah lama dikenal sebagai daerah sentra hortikultura sayuran terbesar di Sulut. Kecamatan yang identik dengan hasil pertanian ini menjadi sentra produksi terbesar di KTI bagi segala jenis sayuran seperti kentang, wortel, bawang daun, labu, tomat, bawang merah hingga bawang putih.

Khusus untuk kentang, Kawasan Modoinding bahkan tercatat sebagai produsen terbesar di daratan Pulau Sulawesi atau nomor 9 terbesar di Indonesia. Urat nadi kehidupan masyarakat Modoinding seolah tak bisa dilepaskan dari kentang dan sayuran lainnya. Kementan bahkan pernah mendorong pengembangan di kawasan yang dikenal sebagai wilayah 'The kitchen of Business'.

Produksi kentang di Minahasa Selatan tak kurang dari 45 ribu ton per tahunnya, atau sebagai salah satu daerah pemberi sumbangsih terbesar swasembada kentang sayur secara nasional di Indonesia. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, dari 17 Kecamatan, 167 desa dan 10 kelurahan se Kabupaten Minahasa Selatan memiliki 236.463 jiwa penduduk, atau 13.748 jiwa di antaranya adalah masyarakat Kecamatan Modoinding yang bermukim di ketinggian ±1600 Meter DPL dengan luas area 45.82 KM2, di mana sebagian besarnya penduduknya berprofesi sebagai petani.

Melalui laman resmi Kementan, menerbitkan Kepmentan No. 734/2022 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2023.

Dalam beleid tersebut, ditetapkan alokasi untuk Pupuk Urea sebanyak 5.570.330 ton, nitrogen, posfor, dan kalium (NPK) 3.232.373 ton, serta NPK formula khusus 211.003 ton. Total, alokasi pupuk untuk 2023 sebanyak 9.013.706 ton. 

Dari sisi harga, ditetapkan HET masing-masing senilai Rp2.250 per kg untuk Pupuk Urea, Rp2.300 per kg untuk Pupuk NPK, serta Rp3.300 untuk pupuk NPK untuk kakao atau yang juga disebut dengan istilah NPK formula khusus. 

Alokasi pupuk bersubsidi tahun depan sedikit menurun dibandingkan dengan tahun ini. Pada 2022, pemerintah mengalokasikan kebutuhan pupuk nasional sekitar 9,1 juta ton untuk jenis untuk jenis urea, NPK, ZA, sp36, dan organik.

Kebutuhan tersebut tercukupi sejalan dengan realisasi produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) sebanyak 9,1 juta ton per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 75-80 persen dari produksi tahunan perusahaan. 

Total, Pupuk Indonesia merealisasikan produksi sebanyak 12,3 juta ton pada 2022. Atau mencapai 89 persen dari 13,7 juta ton total kapasitas produksi tahunan.

Imbas dari tak meratanya komoditas pertanian menerima pupuk bersubsidi pada tahun ini, kemungkinan terbesarnya akan terdampak dengan fluktuatifnya harga.

Memperkuat usaha rumahan dengan memanfaatkan sebagian hasil pertanian sebagai olahan UKM, adalah salah satu solusi jitu untuk meringankan biaya operasional dan kebutuhan harian masyarakat petani. 

Harus ada inovatif ekonomi kreatif, yakni mencari penghasilan pendamping (harian/bulanan) supaya tidak serta merta berharap pada hasil penjualan tanaman komoditas utama. 

Misalnya petani kentang, di pinggir area perkebunan bisa menanam cabai dan berternak bebek/itik di rumah kebun atau di area rumah tempat tinggal. Supaya telur dari itik dan cabai bisa dijual di pasar untuk memenuhi kebutuhan harian.

Reporter/ Editor: Mardi Panrita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar