Ads

Senin, 10 Oktober 2022, Oktober 10, 2022 WIB
Last Updated 2022-10-10T08:13:03Z
BITUNGPariwisata

Tanam Unik Local Pride di Lokasi FPSL 2022, Harga Mulai Puluhan Ribu Hingga Jutaan Rupiah


Foto : aneka tanaman hias unik dipamerkan di lokasi FPSL 2022 (ist)



JOURNALTELEGRAF - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bitung, perkenalkan berbagai tanaman unik Bitung Local Pride di FPSL 2022. 




Berty Lungkana, kolektor tanaman yang juga merupakan pembudidaya tanaman hias lokal ingin memperkenalkan lokal pride Kota Bitung lewat tanaman unik lokal, yang bernilai jual tinggi di kelas internasional. 




"Utamanya yang kita angkat itu lokal pride, yaitu tanaman hutan Indonesia yang belum banyak dikenal di luar negeri, contohnya monstera, yang berasal dari Amerika Latin, antorium dari Amerika Latin yang populer di Indonesia. Sebaliknya, orang luar negeri tidak tahu tanaman Indonesia. Karena itu kita dengan teman-teman penghobi tanaman hias di Indonesia, kita angkat tanaman lokal indonesia ke luar negeri," ungka Berty, Minggu (09/10/2022). 



Manager hotel di Lembeh ini telah mengekspor tanamannya hingga ke 7 negara, yakni Singapura, Thailand, Canada, Prancis, Amerika, Jepang, dan China. Menurutnya harga tanaman bervariasi, tergantung keunikannya. 



"Harga lokal pride di luar negeri tergantung kelangkaan, jenis varian warna, dan karakter daun. Kita sudah ekspor ke Singapura, Thailand, Canada, Prancis, Amerika, Jepang, dan China," terangnya. 



Saat ini, Berty yang juga tergabung dalam Dekranasda Bitung telah mengoleksi tanaman dengan harga beragam, mulai dari yang paling murah sekitar 25 ribu, dan paling mahal 30 jutaan. 



Lewat media sosial Instagramnya, tanaman unik lokal yang ditemukannya di daerah Bitung dan sekitarnya bisa dikenal luas ke mancanegara. 



"Promonya melalui media sosial instagram, bernama 'Berty.plants'. Ada tanaman yang ditanya oleh berbagai negara, tapi saya belum lepas, karena akan dibudidaya dulu," kata Berty. 



Meski dirinya sering memburu tanaman unik di hutan, Berty berusaha untuk tidak merusak ekosistem. 




"Saya meskipun mencari tanaman di hutan, sebisa mungkin tidak merusak, misalnya jika ada tanaman varigata, dari 1000 tanaman, yang diambil hanya satu saja, kemudian dibudidaya atau diperbanyak sendiri," pungkasnya.




Reporter/Editor : Arham Licin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar