Ads

Rabu, 19 Oktober 2022, Oktober 19, 2022 WIB
Last Updated 2022-10-19T05:15:24Z
BITUNGKESEHATAN

284 Anak Mengalami Stunting di Kota Bitung, Maurits - Hengky Gencar Lakukan Sosialisasi Perbaikan Gizi Sejak Dini


Foto : Wakil Wali Kota Bitung, Hengky Honandar saat pencanangan Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting (ist)



JOURNALTELEGRAF - Sebanyak 24,4 persen balita di Indonesia mengalami Stunting pada tahun 2021 dan itu meruoakan seperempat dari jumlah bayi yang ada.




Sedangkan di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara jumlah Stunting sesuai data dari Dinas Kesehatan, sebanyak 284 anak yang terdiri dari bayi di bawah dua tahun (Baduta) 159 anak dan bayi di bawah lima tahun (Balita) diatas 2 tahun sampai 5 tahun sebanyak 125 anak.




Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bitung dibawah kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri dan Hengky Honandar terus melakukan berbagai langkah menurunkan angka prevelensi Stunting di tahun 2022 ini.




Menurut Wakil Wali Kota Bitung, Hengky Honandar saat membuka kegiatan pencanangan Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting Kota Bitung, Selasa (18/10/2022) bahwa permasalahan Stunting terus mendapatkan perhatian pemerintah mapun pemangku kepentingan.




"permasalahan Stunting di Kota Bitung terus mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun para pemangku kepentingan. Terutama masih adanya permasalahan seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, yang dapat berdampak serius kepada perkembangan janin," kata Hengky dalam sambutannya yang juga didampingi Sekda Kota Bitung, Rudy Theno.




Hengky juga menyentil target nasional penurunan angka Stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 dan ini menurutnya butuh keseriusan dalam berinvestasi pada intervensi gizi sejak sekarang.  



"Investasi ini adalah kunci yang akan membentuk masa depan bangsa kita. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi dan dukungan dari bagian pihak dalam percepatan penurunan Stunting. Masa depan kita tergantung pada aksi dan langkah kolaboratif yang kita lakukan sekarang.  Dalam menyongsong masa depan kita harus optimis namun tidak boleh lengah sebab anak anak bangsa adalah bagian dari masa kini dan masa depan, Sekarang kita merawat mereka, kelak mereka akan merawat bangsa ini," jelas Hengky.




Kepada Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting yang dikukuhkan, Hengky berharap berperan aktif dalam upaya penurunan Stunting di Kota Bitung.




"Pada hari ini kami mengajak untuk terus berperan aktif, bekerjasama melakukan percepatan penurunan Stunting di Kota Bitung. Kami pesankan agar upaya menekan angka Stunting ini harus dimasifkan hingga keseluruhan sektor sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Stunting itu sendiri. Kami berharap, kemitraan dan sinergitas antar seluru pemangku kepentingan dapat terus dikuatkan, untuk mewujudkan Kota Bitung bebas Stunting," pungkasnya.




Di tempat terpisah, Kadis PPKB Kota Bitung, Heydi Malingkas menambahkan sejumlah langkah Pemkot Bitung melalui Dinas PPKB. Yakni, untuk kasus yang telah terjadi, perlu pendampingan dan kerja kolaboratif dengan pelibatan sektor swasta, masyarakat, pemerintah, persguruan tinggi, dan media massa.




"Untuk pencegahan penanganannya harus dari hulu yaitu dimulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu melahirkan dan balita.Siklus terjadi stunting, ketika seorang remaja kurang gizi dan anemia dan remaja itu kemudian menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia, hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadai sehingga waspada stunting sudah dimulai sejak Remaja," ujarnya Heydi.




Lanjut Heydi, Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang dan stimulasi psikososial  yang tidak memadai terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (270 hari masa kehamilan sampai 720 hari setelah kelahiran sampai usia anak 2 tahun merupakan Periode Emas yang penting bagi perkembangan otak dan pertumbuhan fisik anak.




"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Tapi kondisi ini akan terlihat nanti setelah anak berusia 2 tahun," jelasnya.




Reporter/Editor : Arham Licin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar