Ads

Jumat, 13 Agustus 2021, Agustus 13, 2021 WIB
Last Updated 2021-08-19T01:07:49Z
partai demokrat

Sudah Pantaskah Kita Menjadi Generasi Muda Penerus Bangsa? Maukah Kita Menjadi Generasi Muda Penerus Bangsa? Dan Siapkah Kita Untuk Menjadi Generasi Muda Penerus Bangsa?





“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangakan dunia.’’
 Ir Soekarno.

JOURNALTELEGRAF - Pemuda saat ini menjadi bahan perbincangan di semua kalangan masyarakat, yang mana berkaitan dengan perannya sebagai generasi penerus bangsa. Pemuda juga digambarkan sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi, bertenaga dan berintelektual. Peran pemuda untuk perjuangan kemerdekaan tidak hanya berhenti sampai diikrarkannya sumpah pemuda Di era reformasi dan globalisasi saat ini tantangan yang dihadapi jauh lebih besar. Penjajahan tidak lagi secara fisik, tetapi lebih secara mental dan spiritual. Pelemahan ideologi dalam berbagai hal, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Sudah pantaskah kita menjadi generasi muda penerus bangsa? Maukah kita menjadi generasi muda penerus bangsa? Dan siapkah kita untuk menjadi generasi muda penerus bangsa?


Keberhasilan suatu negara bisa dilihat dari kualitas bangsanya. Pemuda memiliki peran yang besar bagi perubahan-perubahan sosial di lingkungannya dan sering disebut sebagai agent of change (agen perubahan). Sebagai agen perubahan, dengan sikap kritis dan semangatnya, mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat untuk melakukan suatu gerakan perubahan sosial misalnya dengan memperjuangkan aspirasi masyarakat dari ketidak sesuaian kebijakan pemerintah karena seringkali kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.


Pemuda ini menjadi harapan bangsa yang menjadi generasi penerus perubahan negara di masa depan. Peran yang seharusnya dijalani oleh pemuda Indonesia, yaitu pemuda harus berjuang demi kemajuan bangsa, sebagai penerus bangsa, sudah seharusnya pemuda Indonesia banyak belajar dan menyadari betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu kunci besarnya suatu negeri. Dengan bekal pendidikan, mereka berpotensi melahirkan karya-karya, inovasi, dan semangat juang demi memajukan bangsa dan negaranya.


Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam Ungkapannya menyebutkan ketiga hal tersebut terdiri dari, fisik yang kuat, mental yang kuat, serta kapasitas intelektual yang tinggi.


“Kita sering mendengar “Age is just a number”. Muda, bukan hanya bersifat fisik semata, Muda juga mengacu pada mindset, pola pikir, dan perspektif kita memandang sesuatu. Bagi orang-orang pesimis, muda selalu diidentikkan dengan kurang berpengalaman, kurang sabar, kurang teliti, serta kurang ini dan itu,”


“ pertama, Bagi orang-orang optimis, muda adalah kekuatan. Mengapa? Muda adalah kekuatan, karena muda memiliki tiga hal utama. Pertama, fisik yang kuat; Anak muda memiliki energi dan stamina yang tinggi.”


Kedua, mentalitas yang kuat; Yakni keberanian untuk menghadapi tantangan, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Kalau sudah ada maunya, mereka tidak akan berhenti hingga cita-citanya tercapai, meski membutuhkan pengorbanan.”


Ketiga, kapasitas intelektual yang kuat; Karena rasa ingin tahu yg besar, ketiga hal itu akan menghadirkan kreativitas, produktivitas, karya-karya dan juga mengukir sejarah besar dalam perjalanan bangsa.


"Never give up spirit yang terus membara, serta terus gigih untuk mencapai sesuatu," kata AHY.


sementara itu Mix Marcomm dalam bukunya berjudul “Milennials” menyebutkan ada sepuluh karakter yang melekat dalam diri generasi milennials. Melek digital, konsumtif, saving untuk sesuatu yang diimpikan, knowledgeable curiosity (rasa ingin tahu yang tinggi), menjadikan media sosial sebagai media komunikasi, menjadi entrepreneur tanpa persiapan, mengutamakan fasilitas dan apresiasi di dunia kerja, suka tantangan, menyukai keterbukaan sikap, dan selalu berdekatan dengan gawai.


Pemuda merupakan benteng umat dan negara tercinta ini, bahwa urusan umat terletak di tangan para pemuda. Maka dari itu wajah generasi muda harus benar-benar dijaga, dirangkul, dan tidak boleh dibiarkan, sebaliknya generasi muda harus diorbitkan.


Tantangan hari ini juga semakin kompleks, setelah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19, muncul data yang menyebutkan tentang kerapuhan ketahanan keluarga, timbul anak-anak yang kekurangan gizi, meningkatnya kasus pengangguran, juga angka kekerasan dalam rumahtangga hingga kasus perceraian. Ditambah lagi dengan proses pembelajaran online yang menyisakan beragam persoalan moral yang tinggi.


Generasi muda harus mampu menyaring dan memilih setiap informasi yang membanjiri media sosial. Perlunya waspada terhadap segala macam bentuk proxy war atau perang yang menggunakan aktor-aktor bayangan, dengan sasaran merekayasa generasi muda menjadi tidak produktif, hidup dengan suasana glamor, kehilangan navigasi moralitas, serta tidak memiliki sendi ideologi yang kuat. Padahal anak usia sekolah menengah hingga perguruan tinggi sekarang, mereka inilah yang akan menjadi leader, pemegang kebijakan negara ke depan. Bisa dibayangkan, anak yang diproyeksikan tersebut, mengalami proses perusakan yang massif, terstruktur dan terjadi hampir di setiap elemen kehidupan, hal itu nampak dalam media sosial.


Islam memandang bahwa anak muda sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an merupakan puncak karunia Allah, berbagai macam kekuatan serta potensi bisa ditumbuhkan dalam masa ini.


“Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” terjemah QS. Ar-Rum: 54.


Pergunakanlah potensi-potensi anak muda untuk mengangkat bangsa ini. Beranilah tampil menyuarakan persatuan, keadilan, kemanusiaan dalam setiap kesempatan. Jadikan itu kebiasaan. The goodness of this nation begins with one step young people who dare to do good. youth is strength.









Hormat Saya,

 Legitha Aswardy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar