Ads

Rabu, 07 Oktober 2020, Oktober 07, 2020 WIB
Last Updated 2020-10-07T06:58:41Z
tolitoli

Faizal Pusadan Paparkan Bagaimana Solusi Mengatasi Banjir di Tolitoli

Foto : salah satu ruas jalan yang dilanda banjir yang terjadi di Tolitoli bulan september 2020


JOURNALTELEGRAF - Tolitoli dan banjir bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Setiap kali hujan mengguyur, daerah yang berada di provinsi Sulawesi Tengah ini dipastikan akan mengalami banjir.



Faizal Pusadan, alumni teknik sipil Universitas Hasanuddin Makassar memaparkan dengan lugas apa dan bagaimana solusi banjir di kabupaten Tolitoli.


"Saya sudah pernah mengulas secara garis besar di laman akun salah satu medsos saya. Normalisasi sungai dan kanal yang ada adalah salah satu solusi jangka pendek, sedangkan untuk jangka menengah adalah pelebaran atau penambahan volume sungai dan kanal tersebut atau bahkan penambahan sodetan,"  kata alumni SMP Negeri 1 Tolitoli ini kepada journaltelegraf.com, Rabu (7/10/2020).

Apakah penanganannya hanya sampai disitu?. Tidak! Jika secara hitungan kasar Volume air saat terjadi banjir bandang yang menenggelamkan hampir 1 kecamatan Baolan, sungai dan kanal yang ada tidak akan dapat menampung meskipun sudah dinormalisasi atau dikeruk.


"Bayangkan saja jika hitungan kasar volume air pada saat itu luas daerah Kecamatan baolan -/+258.030.000 M2, kita ambil dibawah setengah saja untuk asumsi daerah yang terdampak banjir saat itu -/+ 4 KM2 atau 4.000.000 M2 kemudian kita kalikan dengan rata rata tinggi permukaan air banjir sekitar 1 Meter, artinya volume air paling sedikit 4.000.000 kubik air pada saat itu," paparnya


"Selanjutnya kita menghitung besar volume air yang dapat ditampung saluran, jika kita ambil panjang memanjang sungai dan kanal dari Tuweley sampai ke laut -/+4 Km atau 4.000 M, kemudian kita kalikan tinggi dan lebar sungai/kanal, diperkirkan t=5 M, l=15 M, sehingga di dapat volume tampungan -/+ 300.000 M3. Artinya selisih volume air mencapai 3.700.000 kubik atau 92,5% Air yang tidak tertampung sehingga meluber dan terjadilah Banjir," jelasnya.


Menurutnya, hal ini memang masih hitungan kasar, tapi setidaknya gambaran besarnya volume air yang tidak dapat ditampung sungai dan kanal itu cukup besar.



Pertanyaan kemudian muncul, berapa besar lagi kedalaman dan lebar sungai yang dibutuhkan untuk menampung air yang mengalir deras dari pegunungan? Bisa jadi pembuatan Sodetan di kaki gunung Panasakan sangat dibutuhkan untuk membagi volume air tersebut, agar setidaknya mengurangi volume banjir.
Selain penanganan banjir, kabupaten Tolitoli juga punya permasalahan Air bersih yang sudah sejak lama tidak dipikirkan solusinya.

"Salah satu penyebabnya yang jarang dibahas adalah sudah semakin mengurangnya pohon yang ada di pegunungan belakang Tuweley. Ini bisa teridentifikasi dengan terdapatnya sedimen tanah pegunungan yang cukup banyak terbawa setiap banjir melanda, atau jika curah hujan dengan intensitas sedikit sangat mempengaruhi kualitas air bersih sampai warnahnya keruh. Banyak orang tidak pernah menyangka besarnya debit air yang bisa terserap oleh pepohonan dan tumbuhan," ungkap dia.



Lebih jauh Faizal menjelaskan, sebagai ilustrasi ilmiah, kebetulan tugas akhir saya saat menamatkan Strata satu di Teknik Sipil UNHAS, adalah "Perbandingan volume curah hujan yang jatuh pada pegunungan Malino dengan volume debit air yang masuk ke Bendungan Bili-bili". Hasilnya sangat mengejutkan, bahwa volume debit air yang masuk tidak lebih 0,1% dari Volume curah hujan tersebut. dan dapat disimpulkan besarnya serapan pepohonan di hutan Malino tidak lebih kecil dari 90% selain evaporasi, infiltrasi dan pemakaian manusia yang hidup di daerah tersebut. Ini yang menjadi penyebab utama bencana Banjir di kabupaten Gowa dan kota Makassar beberapa tahun silam," jelas Icchank sapaan akrabnya.


Nah, pekerjaan penanganan banjir bisa menjadi pekerjaan 1 paket dengan permasalahan air bersih yang jika hujan turun, air PDAM yang mengalir ke rumah-rumah masyarakat berubah warna jadi keruh dan membawa sedimen tanah, sehingga menjadi tidak layak dan sudah tidak bisa disebut air bersih.


"Untuk itulah dibutuhkan penangan secara komprehensif secepatnya sebagai solusi jangka panjang dengan kajian dan metode metode ilmiah. Memang dibutuhkan kajian ilmiah secara mendalam dan terukur sebagai dasar pelaksanaan kedepan. Tapi berdasarkan analisa awal saya pribadi, Tolitoli, khususnya Kecamatan Baolan sudah layak dibangun sebuah waduk di daerah Kecamatan Tuweley. Agar air yang bersumber dari aliran sungai gunung yang berada dibelakangnya dapat diatur dan dikelolah sehingga persoalan banjir dan air bersih bisa terselesaikan.


Ada kemudian suara pesimis dari beberapa orang yang mengatakan, tidak mungkin Toltioli membanguna Waduk tersebut, dananya dari mana?. Kenapa tidak???
Toh, Waduk dibeberapa Kabupaten di Indonesia bisa dibangun, bahkan jumlahnya ada yang lebih dari 2 waduk di 1 kabupaten. Apa lagi Tolitoli sudah pernah terjadi bencana banjir bandang, sampai-sampai Menteri Sosial yang saat itu dijabat  Khofifah Indraparawangsa datang langsung meninjau. Nah, ini PR bagi calon Pemimpin Tolitoli kedepan untuk dapat mewujudkan Tolitoli yang bebas banjir serta air bersih yang senantiasa tersedia. Tentunya dibutuhkan Pemimpin yang punya akses dan jaringan yang baik ke pusat pemerintahan. Dan terakhir yang terpenting dari semuanya, penanaman/reboisasi hutan di pegunungan belakang kelurahan Tuweley yang kemudian dijadikan zona hutan lindung agar sumber awal dari segala permasalahan yang sudah kita bahas diatas bisa terselesaikan secara Komprehensif, terukur dan terarah," pungkasnya.



Reporter : Legitha Aswaldy
Editor : Ewin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar