Ads

Jumat, 28 Agustus 2020, Agustus 28, 2020 WIB
Last Updated 2020-08-28T12:51:01Z
TelkomselTelkomsel IndonesiaTelkomsel Menjangkau Pelosok NegriTelkomsel Peduli Covid-19

Telkomsel Provider Tunggal di Perbatasan Utara NKRI Sambung Silaturahmi

Rumah warga bukan rumah kebun di Jalan Adipura Raya, Kota Manado ini, dihuni pasutri dan dua anaknya. Mereka mengaku terbantu (berkomunikasi) melalui jaringan Telkomsel sebagai provider tunggal di Siau, tetap stabil menghubungkan silaturahmi bersama keluarga selama masa pandemi. (Foto: Mardi Golindra)


JOURNALTELEGRAF
-Sebagai perusahaan telekomunikasi terdepan di Indonesia, Telkomsel selalu konsisten untuk selalu hadir menemani setiap fase kehidupan masyarakat menghadapai masa pandemi (Covid-19) penuh tantangan seperti saat ini. 


Hal ini pun ikut dirasakan Stenly Bawole, salah satu warga perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Filipina tepatnya di ujung utara Indonesia, Kampung Tatahadeng, Kelurahan Tarorane, Kecamatan Siau timur, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). 


Menurutnya, dirinya dan masyarakat perantau asal Siau lainnya dimanapun itu berada, sangat terbantu dengan hadirnya Telkomsel sebagai satu-satunya provider, di tanah kelahirannya itu. 


Salah satu titik BTS Telkomsel sebagai provider tunggal di kepulauan ujung utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Filipina. (Foto: Mardi Golindra)


"Telkomsel sebagai provider tunggal di Siau begitu sangat membantu kami berkomunikasi melepas rindu dengan sanak-saudara di sana (Siau)," ujar Stenly saat ditemui di rumahnya yang berlantai tanah, berdinding seng sebagian dan beratap terpal di Jalan Adipura Raya, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Jumat, (28/8/2020).


Kediaman Stenly bersama istri dan kedua anaknya ini adalah istana baginya. Di depan rumahnya inilah mereka selalu bermain menghabiskan waktu bersama.(Foto: Mardi Golindra)


Adapun akses dari Pelabuhan Manado ke Kepulauan Siau sekitar 8 jam perjalanan laut. Stenly datang ke Manado sejak akhir 2019 silam membawa Merry Tatara (istrinya) dan sepasang anaknya yang masih kecil, Anjani Bawole (6) dan Efraim Bawole (1,5) guna memperbaiki nasib keluarga. 


Sayangnya, nasib berkata lain, Stenly tak mendapat pekerjaan hingga masa pandemi masuk ke Manado, 16 Maret 2020 lalu. Beruntunglah masih ada orang baik meminjamkan kebun di samping jembatan secara gratis padanya. Sementara untuk kebutuhan hariannya, selain berharap uluran tangan sesama, Stenly mencari kerja serabutan. 


Rumah tanpa listrik, berangka bambu, berukuran 3×4 meter, yang dibangunnya ini memiliki  tempat tidur dari anyaman bambu dilapisi sarung. Di sinilah Stenly bersama istri dan sepasang anaknya menghabiskan waktu setiap harinya. 


"Kami tidak pernah mengeluh dengan keadaan saat ini, sebab di luar sana pasti masih ada yang lebih sulit," ucap Merry istri Stenly. 


Beginilah kondisi rumah warga berlantai tanah dan tempat tidur dari anyaman bambu dilapisi sarung. (Foto: Mardi Golindra)


Menurut Merry, sekitar dua bulan pandemi mewabah di Manado, hingga menjalar ke berbagai penjuru di Sulut, barulah Stenly mendapat pekerjaan di perusahaan kelistrikan sebagai tenaga harian lepas (THL), dan sayangnya Agustus ini sudah berakhir karena pekerjaan telah rampung. Alamat kembali mencari kerja serabutan lagi. 


"Sebenarnya mau pulang ke Siau tapi takut terjangkit Virus Corona. Ya mau tidak mau rencana nanti tahun depan (2021), semoga pandemi cepat berakhir," harap Merry.


Sebelumnya, sambung Stenly, paket telepon sepuasnya dari Telkomsel masih sangat bisa ia jangkau dengan kondisi keuangannya kini, demi melepas rindu pada orang tua dan keluarganya di Siau. 


"Handphone (Hp) saya ini jadul, bukan kelas android jadi tidak bisa video call juga. Nge-cars lagi cuma di rumah orang kalau lagi keluar/kerja. Tapi itu tak masalah, meski hanya suara, yang jelas kami masih bisa saling mengabari meski jauh. Biasanya saya beli paket telpon Telkomsel di *999# harganya sangat terjangkau bagi saya dan banyak pilihan," terang Stenly. 


Provider terbesar dan tersebar hingga ke pelosok serta kestabilan jaringan, Telkomsel tak diragukan lagi menjadi alasan utama Stenly tidak bisa kelain hati. 


"Nomor ini (082190053xxx) sudah sangat lama saya gunakan. Hp cuma satu, baru rusak dan sementara di-service. Tapi nomornya masih sering saya isi pulsa, takut mati (non-aktif)," ucapnya tersenyum. 


Tak dipungkiri, Telkomsel sebagai operator telekomunikasi seluler digital terdepan di Indonesia 

termasuk menjadi yang pertama melakukan uji coba 5G di Tanah Air, telah menjadi wadah penyambung silaturahmi dan berbagai lini lainnya. 


Selama 25 tahun melayani negeri, Telkomsel telah menggelar lebih dari 228.000 BTS hingga pertengahan 2020), atau tumbuh lebih dari 11% dibanding tahun sebelumnya yang sudah menjangkau 95% populasi masyarakat hingga pelosok negeri.


Tak hanya itu, Telkomsel juga telah melayani lebih dari 160 juta pelanggan yang tersebar hingga ke wilayah terdalam, pulau terluar, serta daerah perbatasan negara. 


Sementara di sisi aksi kemanusiaan, Telkomsel selalu mengambil bagian penyaluran sembako pada masyarakat yang terdampak pandemi. Kepedulian juga ditunjukkan pada warga terdampak bencana alam, ikut berperan memberikan donasi lebih dari 100 unit alat medis ke beberapa rumah sakit darurat dan rumah sakit rujukan Covid-19, membantu dunia pendidikan, dan masih banyak lagi lainnya. 


Di teras rumahnya inilah Merry bersama kedua anaknya selalu duduk bersama menunggu kedatangan sang ayah pulang dari mencari rezeki halal. (Foto:Mardi Golindra)

Ibarat pribahasa: "Jangan tanyakan apa yang sudah negera berikan untukmu, tetapi tanyakanlah sumbangsih apa yang telah kau berikan untuk Indonesia". Dan hal itu, telah dibuktikan Telkomsel. 


"Terima kasih Telkomsel telah hadir melayani negeri selama 25 tahun dengan kestabilan jaringan hingga ke pelosok. Teruslah berinovasi membuat perubahan nyata di setiap fase kehidupan bangsa," pungkas Stenly diaminkan sang istri.


Reporter / Editor : Mardi Golindra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar