Ads

JournalTelegraf
Selasa, 02 Juni 2020, Juni 02, 2020 WIB
Last Updated 2020-06-02T09:38:13Z
HEADLINEMANADO

Dugaan Konspirasi Pasien Covid-19, Warga Mengamuk di RS Pancaran Kasih

Sekelompok massa yang menerobos masuk ke ruangan pemulasaran jenazah RS Pancaran Kasih Manado, Senin (1/6/2020).
JOURNALTELEGRAF - Dugaan adanya konspirasi terkait penetapan status pasien yang meninggal di rumah sakit disebabkan corona virus disease (Covid-19) sepertinya semakin mendekati kenyataan.

Kasus terbaru, adanya warga Kelurahan Ternate Baru, Kota Manado, Sulawesi Utara, alm. Yamin Lasarika (53) yang meninggal dunia Senin (1/6/2020) di RS. Pancaran Kasih Manado dikabarkan 'dipaksa' dimakamkan dengan protap Covid-19.

Kejadiannya bermula ketika sebuah video berdurasi 10.42 menit beredar luas di media sosial menjadi viral.

Video yang berisi pernyataan seorang warga bernama Hairul yang merupakan putra dari alm. Yamin Lasarika (53) yang meninggal di RS Pancaran Kasih Manado, mengaku disogok seorang dokter dengan sejumlah uang agar orang tuanya dimakamkan dengan cara corona, Senin (1/6/2020).

Menurut Hairul, dirinya menolak uang tersebut karena dia tidak mau orang tuanya yang meninggal usai dirawat kurang lebih sepekan di rumah sakit tersebut karena gagal ginjal harus dimakamkan dengan protap covid-19.

"Orang tua saya sakit gagal ginjal kenapa mau dimakamkan dengan protap covid-19 dan saya dibujuk dengan uang agar pemakaman itu di iyakan oleh kami keluarga," katanya seperti dikutip dari sebuah tayangan video.

Salah satu warga di dalam video itu menegaskan bahwa ini adalah sebuah kejahatan dan tindakan kriminal yang harus diproses hukum.

Selain itu, dengan adanya kejadian tersebut telah membuka mata kita semua, covid-19 ini ada permainan anggaran besar didalamnya.

"Ini sebuah tindakan kriminal dan harus diproses hukum dan ini bisa mengungkap fakta adanya anggaran setiap jenasah yang dimakamkan dengan protap covid-19. Kalau tidak ada anggaran, kenapa rumah sakit atau tenaga medis disana memaksa bahkan menyodorkan uang agar jenasah dimakamkan dengan protap covid-19. Ada apa," jelasnya.

Akibat pernyataan di video ini, puluhan massa memprotes tindakan protokol pemakaman Covid-19 yang akan diberlakukan pada jenazah pasien.

Massa pun mendatangi RS Pancaran Kasih Manado dengan berteriak-teriak. Massa menerobos masuk ke RS dan mengambil jenazah yang sudah dibungkus dengan kafan.

Masih dengan teriakan, massa memboyong jenazah masuk ke mobil ambulans.

Salah seorang anggota DPRD Manado yang membidangi kesehatan dr Suyanto Yusuf mengatakan info tersebut tidak benar.
Penjelasan Yusuf, Senin malam sekira pukul 21.30 Wita, dirinya sudah ditelepon langsung direktur RS Pancaran Kasih.

“Info itu tidak benar. Yang benar adalah pemberian uang rasa kemanusiaan dan kepedulian pihak RS kepada petugas keimaman berjumlah 500 ribu rupiah untuk pembelian baju hazmat dan APD lengkap, honor pak imam dan petugas keimaman yang memandikan dan mengkafani jenazah. Untuk mencegah penularan. Untuk masalah protap dan SOP sudah sesuai,” ungkap Yusuf.

Diketahui, jenazah tersebut merupakan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) warga Kecamatan Singkil, yang meninggal dunia di Ruang ICU Isolasi RSU Pancaran Kasih GMIM Manado, Senin (1/6) sekira pukul 13.30 Wita.

Pasien yang masuk rumah sakit (RS) sejak 26 Mei lalu itu, diketahui masuk kategori PDP lantaran di diagnosa mengalami Pneumonia dan kehilangan kesadaran.

Reporter/Editor : Simon Ronal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar