Ads

Selasa, 06 Desember 2022, Desember 06, 2022 WIB
Last Updated 2022-12-06T00:00:36Z
BITUNG

PEMILU 2024 : Udin Syamsudin Ajak Semua Elemen Bersatu Bangun Narasi Politik yang Positif


Foto : H.Udin Syamsudin,SE, MSi, Ketua IPSS provinsi Sulawesi Utara (ist)


JOURNALTELEGRAF - Tahun 2024 akan menjadi tonggak sejarah pemilihan umum serentak di Indonesia. Dimana pada tahun itu akan ada tiga pemilihan yang akan digelar serentak. Yakni, Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) serta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).


Menjadikan Pemilu Serentak tahun 2024 sebagai momentum menyatukan suku, agama, kecerdasan politik rakyat untuk menciptakan pemimpin yang tangguh. Hal ini disampaikan Udin Syamsudin saat berbincang dengan Journaltelegraf, Senin (5/12/2022).


"Jadikan momentum 2024 sebagai wadah mempersatu suku dan agama, kecerdasaan politik rakyat harus mampu menciptakan pemimpin yang tangguh untuk rakyat bukan untuk segolangan kelompok suku dan agama," kata tokoh muda Sulawesi Selatan yang kini banyak berkiprah di Kota Bitung, Sulawesi Utara.


Wacana dan narasi politik harus mendidik rakyat bukan sebaliknya memperalat rakyat. Menurutnya, Bitung butuh pemimpin dan keterwakilan rakyat yang memiliki tujuan dan sasaran kesejahteraan bersama bukan kesejahteraan pribadi dan golongan.


"Karena pluralisme Kota Bitung harus benar benar memiliki pemimpin yang tangguh untuk rakyat dan menjadi kekuatan untuk membangun Kota Bitung yang lebih modern dan mandiri bukan untuk membangun kepentingan sekelompok suku dan agama mengatasnamakan seluruh rakyat Bitung," tegasnya.


Sebagai salah satu Tokoh Islam dan sekaligus Ketua Pemuda Sulawesi Selatan, Udin Syamsudin mengajak semua elemen tokoh masyarakat untuk bersatu membangun Kota Bitung yang damai dan mensejahterakan rakyat bukan sekedar simbol yang bernarasi atas nama rakyat untuk mendapatkan empati dan simpati rakyat, karena Pemilu 2024 adalah waktu yang tepat untuk memberikan kesempatan dan menguji kecerdasan masyarakat Kota Bitung menentukan arah dan kebijakan pada orang yang tepat.


"Tidak boleh ada yang menjadikan rakyat sebagai sandaran politik untuk kepentingan pribadi dan golongan tetapi menunjukkan dengan karya yang nyata. Elemen tokoh masyarakat dan kader partai saling mendorong dan menciptakan keharmonisan tanpa harus melakukan dikotomi politik," pungkasnya.



Reporter/Editor : Arham Licin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar