Ads

Senin, 10 Oktober 2022, Oktober 10, 2022 WIB
Last Updated 2022-10-10T08:57:44Z
kabupaten Morowali UtaraPariwisatasulteng

Wisata Teluk Tomori 'Tambang Dolar' Berkelanjutan Untuk Morowali Utara

 


JOURNALTELEGRAF - Ingat Morut, pasti langsung ingat nikel, juga kelapa sawit.


Foto : Nikel 

Dua komoditas strategis ini telah mulai menjadi sumber penerimaan devisa alias dolar bagi kabupaten yang berpenduduk sekitar 130.000 jiwa itu. 

Foto : perkebunan kelapa sawit 

Belum diperoleh catatan riil kuantitas dan nilai produk smelter nikel yang dibangun PT. Gunbuster Nikel Industry (GNI) serta minyak sawit mentah (CPO-Crude Palm Oil) yang diproduksi PT. Astra Agro Lestasi Group, Sinar Mas Group dan BUMN perkebunan yang beroperasi di Morut, namun komoditas itu telah diekspor ke berbagai negara. 

Dolar mulai mengalir, seiring membanjiran pendatang (penduduk) baru untuk mengisi lapangan kerja yang terbuka di berbagai sektor. Sektor pertambangan nikel saja saat ini diperkirakan telah menyerap sekitar 15.000 orang tenaga kerja, sebagian besar penduduk lokal. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus naik mencapai puluhan ribu orang, karena masih beberapa smelter lagi yang akan didirikan oleh GNI.


Sektor UMKM juga berkembang pesat sebagai dampak ikutan dari tingginya migrasi penduduk ke Morut, terutama di Kecamatan Petasia, Petasia Barat dan Petasia Timur.


Namun, kata Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi, sektor tambang tidak dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan devisa yang berkelanjutan, sebab nikel bukanlah sumber ekonomi yang terbarukan. Begitu pula dengan perkebunan, meski masa depannya tak sekrusial pertambangan.


"Suatu saat, tambang akan habis, perkebunan sawit akan menurun. Jadi, mulai sekarang, kita harus menggali sumber-sumber baru penghasil devisa, penopang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dari sumber yang terbarukan dan berkelanjutan. Dan jawabannya adalah pariwisata," ujar Delis saat jadi narasumber utama pada acara bincang-bincang dan lomba tulis dan foto-vidio wisata yang diselenggarakan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Morut bersama PT. Astra Agro Lestari di Kolonodale, beberapa waktu lalu.

Lomba karya tulis dan foto/vidio wisata yang berthema 'Mari viralkan keunggulan pariwisata Morut' ini dibuka para jurnalis, pegiat wisata, mahasiswa dan pelajar serta akademisi dan masyarakat umum dengan memperebutkan hadiah uang bernilai total Rp15 juta.


"Saya sangat apresiasi acara bincang-bincang dan upaya viralisasi sektor kepariwisataan Morut ini, karena sesuai sekali dengan misi pemerintah daerah untuk menjadikan kepariwisataan sebagai sektor unggulan penghasil devisa di masa mendatang," kata Delis yang baru 18 bulan memimpin Morowali Utara itu bersama wakilnya H. Djira.


Mengapa Teluk Tomori??


Usai bincang-bincang di Hotel Bougenville Kolonodale, puluhan jurnalis dan pegiat wisata dibawa keliling Teluk Tomori untuk menyaksikan dan menikmati keindahan teluk yang tampak bak cermin raksasa tersebut.


"Duh, indahnya ini tempat. Saya ini orang Morowali Utara, namun baru kali ini menyaksikan dari dekat Pulau Teletabis, Batu Tapak Tangan, mangrove Desa Koya, serta penganan tradisional yang disajikan masyarakat Desa Koya," ujar seorang peserta tur wisata Teluk Tomori.

Empat buah perahu penumpang bermesin 40 PK tampak indah saat meluncur di atas laut yang membiru dengan ombak tipis-tipis yang menghasilkan buih memutih saat dilindas mesin ketinting yang melaju cukup cepat.

Matahari yang nyaris hilang dari pandangan menuju peraduannya di ufuk barat, menambah gelora jiwa yang mengagumi ciptaan Tuhan saat rombongan seolah berlomba menjadi yang tercepat mencapai Pelabuhan Perikanan Kolonodale, tempat bersandar armada angkutan wisata Teluk Tomori.


"Saya sudah mengunjungi 62 negara di lima benua dan menyaksikan banyak obyek wisata, termasuk Sungai Amazon di Amerika Selatan, saya belum menjumpai sebuah teluk seindah Teluk Tomori," ujar Delis, lulusan dokter dan kini bergelar doktor yang mantan anggota DPD RI itu.

Karena itu, segera setelah dilantik menjadi Bupati Morut pada 30 April 2021, Delis langsung menyusun gagasan untuk membuat grand disain pengembangan Teluk Tomori sebagai obyek wisata unggulan Morut.


Grand disain yang disusun tim ahli dan pelaku pariwisata di Bali itu diluncurkan persis pada HUT ke-8 Kabupaten Morut tanggal 23 Oktober 2021.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Morut, Gatot S. Budianto, Teluk Tomori memiliki keindahan alam yang sangat menarik. Airnya yang tenang bak cermin raksasa yang memantulkan bayangan gunung-gunung dan rangkaian pulau-pulau dengan jejeran pantai berpasir putih.


Airnya sangat cocok untuk kegiatan diving, snorkeling, berenang dan olahraga air lainnya. Juga dirangkaikan terumbu karang yang terdapat di sekitar Pulau Pengia. Juga terdapat sebuah pulau batu kecil menyerupai payung yang dikenal dengan nama batu payung.


Selain itu masih terdapat banyak spot-spot menarik lainnya antara lain Pulau Rumbia, Pulau Tokananaka, Pantai Pasir Putih, Situs Telapak Tangan dan hutan mangrove Desa Koya dan Pantai Jompi.


Sebagai salah satu upaya mempromosikan obyek wisata Teluk Tomori, mulai 2021 lalu, digelar Festival Teluk Tomori yang berisi berbagai lomba olahraga air, seni budaya dan promosi keindahan pariwisata dan tahun 2023 akan digelar kejurnas cabang olahraga air, khususnya dayung dan lomba perahu naga.


Sarana dan fasilitas wisata


Guna memperlancar kunjungan wisatawan ke spot-spot wisata Teluk Tomori, Pemkab Morowali dan para pelaku wisata dan masyarakat sekitar telah mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan, terutama armada angkutan air.


Aco, seorang pemilik angkutan ketinting yang biasa mengantar penumpang mengelilingi Teluk Tomori mengatakan bahwa ia dan teman-temannya menyediakan perahu bermesin yang aman dan nyaman serta cepat untuk menikmati keindahan Teuk Tomori.


"Biayanya hanya Rp500.000 bila dicarter untuk jangka waktu empat jam. Waktu itu dianggap cukup memadai untuk mengunjungi dan menikmati paling tidak lima spot yakni Pulau Teletabis, Batu Payung, Situr Tapak Tangan, Air terjun, hutan mangrove Koya, dan Pantai Jompi," ujarnya.

Di Pulau Teletabis, Pemkab Morut telah memiliki disain khusus pembangunan sarana dan fasilitas wisata yang lengkap dan relatif modern. Pada tahun anggaran 2022 ini telah dialokasikan anggaran Rp1 miliar untuk mendanai tahap awal pembangunan sarana dan fasilitas wisata seperti gazebo, sarana air bersih, gazebo, dan restoran serta tempat tambat perahu.


Sedangkan di hutan bakau/mangrove Desa Koya, telah dibangun jembatan kayu sepanjang hampir 200 meter menggunakan dana desa untuk menikmati keindahan dan kesejukkan hutan yang tampak hijau dan pepohonan bakau yang relatif masih muda itu.


"Kami akan membangun lagi sebuah kolam renang air tawar untuk pengunjung," kata seorang ibu yang menjamu rombongan jurnalis dan penulis wisata dengan berbagai jenis makanan tradisional di sebuah tempat rehat di atas jembatan hutan mangrove.

Delis yakin obyek wisata Teluk Tomori ini bakal berkembang dan dikunjungi banyak wisatawan, khususnya wisatawan nusantara.


Di Kabupaten Morut dan Morowali, sudah ada 60 ribuan pekerja tambang. Sepuluh persen saja yang mengunjungi Teluk Tomori setiap bulan, bisa dibayangkan berapa uang beredar dan dinikmati langsung oleh masyarakat sekitar.


"Kalau setiap wisatawan lokal membelanjakan uangnya Rp300.000 saja sekali jalan, maka dengan kunjungan 6.000 wisatawan tiap bulan, uang yang beredar di Kolonodale dan sekitarnya mencapai Rp1,8 miliar/bulan. Ini hitungan minimun lho," ujar Delis, bupati Morut yang mengusung visi besar pemerintahannya yakni mewujudkan masyarakat Morut yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera (SCS) itu.

Pejabat senior Media Relation Astra Agro Lestari Group Moh. Husni mengatakan bahwa pihaknya tertarik untuk menopang upaya promosi sektor kepariwisataan Morut karena daerah ini memiliki obyek-obyek wisata menarik dan amat potensial untuk dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat ke depan.


"Morut ini luar biasa. Kekayaan alamnya melimpah, masyarakatnya hidup harmonis dan pemerintahannnya memiliki visi dan misi besar, kreatif dan inovatif," ujarnya.



Reporter : Artomo Lagaronda

Editor : Legitha Aswardy 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar