Foto : Kue Tamo yang memiliki tradisi kiat dalam setiap pergelaran adat dan budaya etnis Sanger di Sulawesi Utara.
JOURNALTELEGRAF - Upacara adat Tulude yang telah dilaksanakan etnis Sanger yang kini menghuni Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sitaro sejak berabad silam merupakan salah satu simbol rasa syukur kepada sang Pencipta alam semesta atas bergantinya tahun dan juga menjadi lambamg persatuan dan kesatuan. Jika dahulu Tulude awalnya digelar pada 31 Desember atau akhir tahun masehi, maka seiring berjalannya waktu dan atas kesepakatan dari tetua adat, Tulude kemudian mulai dilaksanakan setiap tanggal 31 Januari.
Kue Tamo selalu menghiasasi setiap upacara adat Tulude, bahkan kue yang menurut sejarahnya dibuat pada waktu perkawinan adat leluhur orang Sanger. Yakni, Mangulundagho dengan Bansang Sangiang seperti menjadi simbol puncak acara Tulude.
Dahulu hingga kini Kue Tamo dibuat dengan cara yang sederhana dan tradisional menurut tata cara adat. Oleh karena itu, kue ini tidak bisa dibuat sembarangan karena didalamnya mengandung nilai nilai filosofi dan budaya yang kuat.
Bahkan setiap huruf dalam Kue "Tamo" memiliki arti yang dalam secara harafianya, dalam bahasa daerah Sanger disebut, Tundu aha I mehengkeng nusa, onto I olohiwu yang berarti Tamo adalah kue adat yang dibuat oleh leluhur yang diwariskan bagi anak cucu temurun. Karena anggun dan wibawanya maka Tamo disebut Datung Kaeng atau Raja Makanan.
Saking sakralnya Kue Tamo bagi masyarakat etnis Sanger, untuk prosesi pemotongan kue yang menurut asal usulnya dibuat pertama kali di Kampung Dagho ini harus dipotong oleh orang yang paham dengan adat dan budaya Sanger, serta potongan pertamanya pun tidak bisa diberikan kepada sembarang orang.
Editor : Arhamdila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar