Ads

Senin, 06 Desember 2021, Desember 06, 2021 WIB
Last Updated 2021-12-06T15:15:38Z
kabupaten tolitoli

Sekelumit Sejarah Terbentuknya Kabupaten Buol Tolitoli

 

Oleh : Abd. Rahman Alatas

 Tekad pertama untuk memperjuangkan kabupaten berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh partai politik di wilayah Buol, waktu itu masih bagian dari Sulawesi utara Gorontalo. Terdiri dari tiga kecamatan yaitu: kecamatan Biau, kecamatan Bunobogu, dan Kecamatan Paleleh.


Pada Tanggal 15 September 1953 tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh partai politik wilayah Buol mencetuskan suatu gagasan untuk memperjuangkan wilayah Buol menjadi satu daerah otonom yang lepas dari Sulawesi Utara Gorontalo. Beberapa tokoh dari partai politik yang menggagas ini adalah: B. Salakea, A.D Amas, H. Pamentar dari Parpol Masyumi, D.S Butudoka, Usman Lainjong, Mohtar Batalipu, L .I Pontoh dari partai Nasionalis Indonesia. Usman Binol, S Raukang, Aladin Baba dari Partai Kedaulatan Rakyat.


Tokoh masyarakat dan tokoh partai politik juga menyadari bahwa untuk menjadi daerah otonom, syarat jumlah penduduk, luas wilayah, dan potensi harus bisa dipenuhi. Sementara wilayah Buol belum bisa memenuhi semua kriteria tersebut, sehingga perlu Bersama-sama dengan saudaranya dari wilayah Tolitoli yang waktu itu merupakan bagian dari kabupaten Donggala.


Pada Tanggal 13 Maret 1954 pimpinan Masyumi cabang Buol menyatakan keluar dari Sulawesi Utara dan bergabung dengan Sulawesi Tengah yakni Donggala, ditandatangani oleh T. Kawandaud, Basar Hi Rauf dan yahya lamaka. Hal ini diikuti oleh Partai Kedaulatan Rakyat cabang Buol pada tanggal 8-10 April 1955, menyatakan juga keluar dari Sulawesi Utara Gorontalo dan Bersatu dengan daerah Tolitoli untuk menjadi satu kabupaten.


Keinginan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh partai politik di wilayah Buol terus bergelora sehingga pada tanggal 29 mei 1955, mereka membuat keputusan Bersama untuk mengusulkan agar daerah Buol keluar dari Sulawesi Utara Gorontalo dan Bersatu dengan daerah Tolitoli untuk membentuk satu kabupaten. Pernyataan ini ditandatangani oleh: T. Kawandaud dari Masyumi, Usman Binol dari Partai Kedaulatan Rakyat, D.S Butudoka dan M. Hi. Suhong dari Partai Nasionalis Indonesia, N. Dawaradji dan B. Hunalo dari partai syarikat islam Indonesia.


Keinginan ini terus bergulir tak terbendung sehingga pada tanggal 16 juni 1955 dibentuk delegasi penuntut terbentuknya kabupaten Buol Tolitoli yang diketuai oleh Usman Binol, wakil ketua B. Salakea, sekretaris M. Batalipu. Dan anggota terdiri dari D.S Butudoka, L.I Pontoh, AD Amas, H. Pamentar serta peninjau Husain Ain. Ketujuh delegasi ini bertugas untuk berangkat ke tolitoli menghubungi tokoh masyarakat dan tokoh partai politik wilayah tolitoli.


Pada tanggal 15 juli 1955 bertempat di gedung SMP Cokroaminoto Tolitoli diadakan pertemuan ketujuh delegasi dari Buol dengan Tokoh masyarakat dan tokoh partai politik dari Tolitoli. Dari hasil pertemuan tersebut partai politik Tolitoli mengeluarkan pernyataan : Mendukung kewedanan Buol keluar dari daerah Sulawesi Utara Gorontalo dan mendukung,menyetujui kewedanan Buol dan kewedanan Tolitoli menjadi satu wilayah pemerintahan. Selanjutnya delegasi dari Buol melanjutkan perjalanannya menuju wilayah Donggala/Palu dan terus ke Makassar menemui pemerintahan setempat untuk memperjuangkan niat dan tekad agar wilayah Buol dan Tolitoli dapat Bersatu untuk membentuk kabupaten tersendiri. Berselang beberapa waktu kemudian sekitar tahun 1956 , masyarakat dari dua wilayah yaitu Buol dan Tolitoli menuangkan keinginannya dalam bentuk surat ke pemerintah pusat agar kedua daerah swapraja tersebut dapat dijadikan menjadi satu kabupaten.


Pada tanggal 14 Mei 1957 Badan Kontak Panitia Penuntut Kabupaten Tolitoli/Buol diketuai oleh Saleh Alatas, Sekretaris H.G. Pua, anggota A.M. Durand; mengeluarkan pernyataan mendesak kepada yang berwajib supaya keinginan-keinginan/ hasrat dari seluruh masyarakat dalam kewedanan Toli-toli (Kabupaten Donggala) dan dalam kewedanan Buol (Kabupaten Gorontalo) yaitu dibentuknya daerah tingkat kabupaten khusus untuk wilayah-wilayah kewedanan Tolitoli dan Buol.


Tanggal 13 juni 1957 Badan Kontak Organisasi Pemuda Tolitoli, Ketua Umum Saleh Alatas, penulis umum Mochtar Batalipu mengeluarkan Statement mendesak kepada yang berwajib/pemerintah segera menggabungkan kedua wilayah/kewedanan Tolitoli dan Buol menjadi satu daerah tingkat kabupaten yang otonom dan supaya surat pembentukan kabupaten Tolitoli dan Buol dibawa serta oleh delegasi penuntut kabupaten tersebut sekembalinya dari Jakarta.


Beberapa tokoh masyarakat/pimpinan partai politik dari Buol dipimpin oleh Usman Binol pada tanggal 6 juni 1957 tiba ditolitoli untuk melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat /pimpinan parpol tolitoli. Selanjutnya Atas inisiatif pemerintahan negeri tolitoli pada Tanggal 11 Juni 1957 diadakan pertemuan, dari wilayah Buol dihadiri oleh Usman Binol, DS Butudoka, M. Batalipu, dan Said Raukang. 


Dari tolitoli dihadiri oleh pemuka masyarakat Abd. Rahman Rumi, dan MR Amiruddin. Sedangkan dari partai politik M. Metahang, JM Rotikan dari PNI, Saleh Alatas, Hi. Moh. Arsyad dari Masyumi serta dari PSII Hi. Ibrahim dan Salim Hi Mallu.


Dari hasil pertemuan tersebut disepakati untuk berjuang Bersama-sama menuntut terbentuknya kabupaten. Karena delegasi Buol baru saja Kembali dari Makassar maka mereka menyerahkan inisiatif selanjutnya kepada saudara-saudaranya yang ada di Tolitoli untuk meneruskan perjuangan tersebut. Empat hari sesudah pertemuan dengan delegasi Buol, diadakan rapat bertempat dikediaman Kepala Pemerintahan Negeri Tolitoli Andi Moh. Tahir pada tanggal 15 Juni 1957. Dihadiri oleh pemuka masyarakat dan pimpinan partai politik Tolitoli. Rapat menyetujui pembentukan Badan Panitia Penuntut Kabupaten Tolitoli Buol, diketuai oleh Andi Moh. Tahir, wakil ketua Mohammad Yahya Bantilan, sekretari I Morel Metahang, Sekretaris II Ali yanis, Bendahara Hi Ibrahim, dan pembantu umum Sersan Bathin.


Pada tanggal 30 Juni 1957 diadakan rapat panitia penuntut kabupaten Tolitoli Buol. Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk memilih lima orang untuk dijadikan utusan berangkat ke Menado, Makassar dan Jakarta. Diketuai oleh Saleh Alatas , sekretaris Morel Metahang, bendahara Hi. Ibrahim dan anggota Hi. Moh. Arsyad dan HG pua.


Mengingat situasi dan kondisi waktu itu maka ketua panitia perutusan dibagi dua kelompok. Satu kelompok diketuai oleh Saleh Alatas menuju Manado untuk menghubungi pemerintah dibawah kekuasaan Permesta Gubernur militer Mayor Somba, dan Gubernur Sipil HD Manoppo. Adapun kelompok kedua dipimpin langsung oleh Kepala pemerintahan Negeri Andi Moh Tahir dengan anggota Hi. Moh. Ibrahim menuju Makassar dan menunggu rombongan pertama dari menado untuk Bersama-sama ke Jakarta. 


Pada tanggal 22 Juli 1957 bertempat dikediaman Kolonel Warrow, delegasi yang dipimpin oleh Saleh Alatas diterima oleh Gubernur Militer Mayor Somba dan Gubernur Sipil HD Manoppo. Dalam dialog mereka menyanggupi untuk merealisasikan keinginan dari delegasi Tolitoli dalam bentuk surat tertanggal 27 juli 1957 dari Gubernur sipil yang isinya kesediaan untuk merealisasikan tuntutan Rakyat Buol dan Tolitoli untuk dijadikan satu kabupaten. Dan surat dari Gubernur Militer yang isinya senada.


Tanggal 30 Juli 1957 dengan menggunakan pesawat Dakota, Saleh Alatas dan Hi. Moh. Arsyad meninggalkan menado dan bertolak menuju Makassar. Dua hari kemudian disusul oleh Morel Metahang dan HG Pua. Selanjutnya para utusan berkumpul dirumah Andi moh. Tahir di Jalan Monginsidi Makassar untuk mengatur strategi sebelum bertolak ke Jakarta.


Pada Tanggal 13 Agustus 1957 rombongan tiba di Jakarta, dan dimulailah perjuangan di ibu kota. Morel Metahang dan HG Pua menghubungi pimpinan pusat Partai Nasional Indonesia. Saleh Alatas dan Hi. Moh. Arsyad menemui pimpinan pusat Partai Masyumi, sedangkan Hi. Ibrahim menemui pimpinan pusat Partai Syarikat Islam Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1957, rombongan diterima oleh Menteri Dalam Negeri dan sekaligus menyerahkan dokumen-dokumen perjuangan serta melakukan dialog langsung dengan Menteri Dalam Negeri.


Kemudian setelah rangkaian kegiatan yang dilakukan dijakarta selesai, pada tanggal 19 Agustus 1957, rombongan mengambil surat-surat yang diperlukan berupa surat keterangan dan persetujuan yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri dan selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 1957 rombongan meninggalkan Jakarta. Setelah berjuang diberbagai kota untuk memperjuangkan terbentuknya satu kabupaten pada tanggal 9 September 1957 seluruh anggota perutusan tiba Kembali di Tolitoli.


Tanggal 11 September 1957 diadakan rapat lengkap panitia untuk mendengarkan hasil yang dicapai oleh para anggota perutusan. Dan kemudian pada Tanggal 28 September 1957 diadakan rapat pleno dihadiri oleh semua unsur dari kewedanan Tolitoli dan kewedanan Buol , pimpinan partai politik dan tokoh masyarakat untuk membicarakan persiapan apabila kabupaten Buol Tolitoli nanti terbentuk.


Tanggal 29 september 1957 Badan Panitia Penuntut Kabupaten Tolitoli/Buol diketuai oleh M.J. Bantilan dan sekretaris Morel Metahang mengeluarkan Statement dalam point romawi V mendesak kepada yang berwajib dalam hal ini Gubernur Militer Sulawesi Utara dan Gubernur Propinsi Sulawesi Utara di Menado agar segera mensahkan berdirinya Kabupaten Buol dengan ibukotanya Tolitoli.


Akhirnya perjuangan rakyat wilayah Tolitoli dan wilayah Buol mencapai titik kulminasinya dengan keluarnya UU No 29 tanggal 31 Oktober tahun 1959 tentang penetapan Kabupaten Buol Tolitoli sebagai kabupaten Bersama dengan 23 kabupaten lainnya yang ada disulawesi waktu itu.


Pada tanggal 16 Juli 1960 Rajawali Muhammad Pusadan dilantik oleh Pemerintah Pusat sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Buol Tolitoli yang pertama. Pelantikan Bupati pertama untuk kabupaten Buol Tolitoli Tanggal 16 Juli 1960 itulah akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli.


Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tkt. II Buol Tolitoli Nomor: Huk 2 /74/4 Tanggal 16 juli 1977, dalam lampiran I menetapkan daftar nama-nama perintis/penuntut terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli sebanyak 

27 orang yaitu : 

1. M.J. BANTILAN; 

2. USMAN BINOL; 

3. SALEH ALATAS; 

4. M. METAHANG; 

5. D.S. BUTUDOKA; 

6. HI. IBRAHIM; 

7. USMAN LAINDJONG; 

8. HI. MOH. ARSYAD; 

9. BOMBO SALAKEA; 

10. H.G. PUA; 

11. T. KAWANDAUD; 

12. NURYADI; 

13. SAID RAUKANG; 

14. HI. MOHSEN ABD RAHIM; 

15. HI. SALIM HI. MALLU; 

16. A.D. AMAS; 

17. ANDI MOH. TAHIR; 

18. MOHTAR BATALIPU; 

19. HI. HAMID HI. BEDA; 

20. M. HI. SUHONG; 

21. M.A. TURUNGKU; 

22. J.A. LAMAKA; 23. M.J. ROTIKAN; 

24. HI. M. DATUIDING; 

25. H. PAMENTAR; 

26. ALI YANIS; 

27. BATHIN.

Dan pada lampiran II menetapkan daftar nama-nama yang telah turut membantu 

perjuangan Kabupaten Dati II Buol Tolitoli sebanyak 24 orang yaitu :

1. HI. R.M. PUSADAN; 

2. HI. BASAR MARHUM; 

3. HI. MOH. MAHMUDA; 

4. HASAN TAWIL; 

5. BANI DORA; 

6. NABI DAWARADJI; 

7. HI. HAMZAH; 8. HUSAIN AIN; 

9. M. LATEREY; 

10. ISMAIL MAILIKI; 

11. HAMID TARAKUKU; 

12. A.A. KARIM; 

13. HI. K. PUSADAN; 

14. M.R.AMIRUDDIN; 

15. L.W. PONTOH; 

16. HADIR HI. TAA; 

17. PANHUS MARHUM; 

18. A.A. ABUBAKAR; 

19. HI. ABD. GAFUR; 

20. B.A. BACULU; 

21. UMAR RIOEH; 

22. ABD. MANGKONA; 

23. POLI KOROMPOT; 

24. S.A. KARIM.


Setelah Bersama kurang lebih 40 tahun dan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan percepatan pelaksanaan pembangunan akhirnya wilayah Buol memisahkan diri dari wilayah Tolitoli dengan membentuk kabupaten sendiri yaitu Kabupaten Buol berdasarkan UU RI No 51 tahun 1999 dan diresmikan tanggal 12 Oktober 1999.


Selanjutnya kabupaten Tolitoli menetapkan hari ulang tahunnya pada tanggal 11 Desember pada saat Dr. H. Moh. Ma’ruf Bantilan, MM dilantik sebagai Bupati Tolitoli pertama dan tahunnya tetap mengacu ke tahun 1960.


Dalam rangka mengenang dan menghargai jasa para perintis berdirinya Kabupaten seyogyanya Pemerintahan Daerah Kabupaten Tolitoli mengabadikan nama mereka pada nama-nama jalan yang strategis dikabupaten Tolitoli, tentu ini lebih punya nilai historis dibanding misalnya menggunakan nama-nama burung. 


Selamat Hari Ulang Tahun Kabupaten Tolitoli yang ke 61 semoga bisa lebih mensejahterakan masyarakatnya, maju Kabupatennya, Bahagia Rakyatnya, semoga.


Sumber: Mengenal Buol Tolitoli yang disusun oleh Tjoek Soedarmadji. 

- Penulis adalah ASN DPK pada STIE Mujahidin Tolitoli

- Pendidikan Terakhir Doktor Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Muslim Indonesia, Makassar Tahun 2016.

- Inspektur Inspektorat pada Pemerintah Kabupaten Tolitoli Tahun 2013-2021.

- Pernah menjadi Widyaiswara Luar Biasa Diklat Penjenjangan ASN.

- Ketua KORPRI Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021.

- Salah Satu Penulis Buku “Merajut Asa Membangun Mutiara dari Khatulistiwa”. Tahun 2021.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar