Ads

Kamis, 23 September 2021, September 23, 2021 WIB
Last Updated 2021-09-22T21:31:08Z
morut

KDRT Masih Menjadi Perhatian di Morut



JOURNALTELEGRAF- Pemerintah Kabupaten Morowali Utara (Morut) melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Morut melaksanakan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan tahun 2021.


Sosialisasi kali ini bertajuk "Perempuan Tangguh, Perempuan Hebat, Bebas Dari Kekerasan" dibuka oleh Wakil Bupati (Wabup)  H. Djira di Hotel Naila, Kelurahan Bahoue.



"Kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi dalam keluarga, yang disebut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan masih menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi kita," ujar H. Djira dalam sambutan, Rabu, (22/09/2021).


Ia mengatakan, kondisi seperti ini tentunya perlu menjadi perhatian kita bersama, karena sesungguhnya pemerintah daerah melalui dinas terkait, telah melakukan upaya untuk meminimalisir terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan.



"Perlu kita sadari bahwa dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah memiliki sejumlah keterbatasan sehingga perlu didukung oleh pihak-pihak terkait lainnya, termasuk dari masyarakat dan semua kita yang hadir saat ini, agar upaya-upaya tersebut dapat berjalan optimal," kata H. Djira.


Lebih lanjut H. Djira memaparkan KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.


Bahkan KDRT bisa terjadi pada seluruh lapisan masyarakat kelas bawah, menengah maupun kelas atas. Korban KDRT juga lebih dominan adalah terjadi pada kaum perempuan (isteri) dan pelakunya adalah laki-laki (suami).


"Kekerasan yang dihadapi perempuan bukan hanya berupa kekerasan fisik. Melainkan juga kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran," ungkapnya.


Tak hanya itu, pelaku kekerasan juga bukan hanya orang luar ataupun orang tidak dikenal, namun juga berasal daru lingkungan terdekat kita.


"Banyak faktor yang menyebabkan masih banyak perempuan mengalami permasalahan, antara lain karena faktor salah persepsi yang menganggap wajar apabila kekerasan dilakukan terhadap perempuan sebagai salah satu cara "mendidik" mereka," jelasnya.


Selain itu faktor budaya, karena kemiskinan, dan faktor lain yang tidak memberikan perlindubgan dan perlakuan khusus terhadap perempuan sehingga menimbulkan kekerasan, eksploitasi diskriminasi dan perampasan hak-hak perdata perempuan.


Selain permasalahan kekerasan, perempuan juga sering dirugikan dalam masalah keperdataan yang menyebabkan mereka tidak memperoleh hak yang sama, bahkan dirampas hak keperdataannya, seperi kasus perebutan harta dan hak waris, pengasuhan anak, perceraian, tuntutan ganti rugi dan kasus ketenagakerjaan. 


Kekerasan terhadap perempuan sebagaimana kita ketahui juga membawa berbagai persoalan di masyarakat, antara lain: persoalan medis, sosial, hukum bahkan berbagai pelanggaran atas hak asasi manusianya. 


"Untuk itu dalam upaya pemulihan korban kekerasan tentunya juga memerlukan layanan yang meliputi layanan baik medis, psikologis, bantuan hukum dan lain sebagainya," katanya.


Tampak dalam kegiatan di hadiri Ketua TP-PKK Morut Febriyanthi DJ Hehi, Kadis Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Morut, Drs Romelius Sapara dan Kadis Sosial Morut, Drs.Yospid Labangara.


Peserta sosialisasi berjumlah 30 orang terdiri dari pengurus P2TP2A di 10 kecamatan. Narasumber nerasala dari Dosen Universitas Tadulako, DR Hj Nurdia Tulhuda Mangun, kegiatan tetap menerapkan protokol kesehatan.



Reporter : Arthomo Lagaronda
Editor : Ewin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar