Ads

Sabtu, 24 Juli 2021, Juli 24, 2021 WIB
Last Updated 2021-07-24T14:51:10Z
Jakarta

Soal Cuitan BEM UI, Peneliti Senior LIPI Sebut SDM Unggul Bukan Lip Service

 


JOURNALTELEGRAF - Peneliti Civil Watch dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ade Armando mengatakan bahwa kebebasan berekspresi pada mahasiswa jangan sampai juga tidak membenarkan bahwa dirinya tidak mau dikritik.


“Kalau soal kebebasan berekspresi, saya adalah orang yang sangat mendukung itu. Apakah mahasiswa berhak menghina presiden dengan meme atau cuitan BEM UI itu, saya katakan boleh karena itu adalah kebebasan berespresi. Tapi jangan salah dalam hal ini. Kalau mau mengkritik maka harsus siap dikritik, itulah kebebasan berekspresi,” kata Ade Armando pada acara Webinar Nasional PB IKAMI Sulsel, Sabtu (24/04).


Selain itu kata Armando perlu diperjelas juga bahwa yang yang dikritiknya adalah cuitan BEM UI bukan orangnya, lalu banyak orang yang marah karena posisinya yang sebagai orang Jokowi.


“Padahal mengkrtitik itu wajar juga karena itulah kebebsan berekspresi. Apalagi saya sebagai orang yang mendukung jokowi,” pungkasnya dalam webinar yang bertajuk “Menguji Cuitan BEM UI; dalam Sorotan Akademik dan Basis Data.


Lalu, kata Armando permasalahannya adalah twitt yang diproduksi oleh BEM UI itu bukanlah hasil dari sebuah diskusi, atau observasi. Karena itu, Ade Armando mengatakan itu adalah argumen bermasalah. Harusnya jika ada yang mengatakan jokowi pembohong, harus mampu membuktikan kebohongannya dimana, buktikan dengan fakta.


Termasuk, menurut Ade Armando juga terkait salah satu yang dipermasalahkan BEM UI adalah Revisi UU ITE padahal revisi UU ITE itu bagus. “Saya katakan jadi jangan bayangkan saya berseberangan dengan Leon Alfinda, ketua BEM UI. Justru barusan tadi kita duduk bersama-sama dengan ketua BEM UI itu, kita diskusi serius, bahkan kita sama-sama mengkritik rangkap jabatan oleh rektor UI,” tutur Ade Armando.


“Terakhir saya katakan cuitan ini bermasalah karena buruk datanya. Kalau kemudian mahasiswa berani mengkritik presiden maka harus berdasarkan data, harus kuat datanya,” tegas pria lulusan Magister Florida State University USA.


Diacara yang sama, Peneliti Senior LIPI, Prof. R Siti Zuhro, MA, menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh BEM UI adalah sebuah paparan ide, gagasan hasil komplentasi, renungan mendalam. Ini adalah gagasan. Sehingga, lanjutnya bahwa sebuah kelembagaan partisipasi itu sangat diperlukan.


“Kelembagaan partisipasi diperlukan, mengapa diperlukan karena agar tidak mengacaukan sistem demokrasi itu sendiri. Sebetulnya sejak 98 demokrasi kita sampai sekarang belum subtansial, kita hanya berputar-putar pada tataran normatif saja,” pungkas Presidium Kahmi ini.


Menurut Prof Siti, 2024 kita harus membenahi partai politik bersama dengan politik hukumnya. Penegakan hukum yang mengedepankan keadilan sehingga kita harapkan akan terjadi pemilu yang menyejukkan, pemilu yang menyenangkan.


“Sehingga kita harus mampu membangun public trust, karena yang pertama demokrasi itu adalah membangun trust tadi itu. Kalau itu sudah dibangun maka kita sudah bisa menciptakan politik yang adil, dan tidak saling berkelahi, dan saling menghormati sesama. Karena esensi kita membangun demokrasi yakni membangun nilai-nilai,” pungkasnya.


“Jadi jika pemerintah kita menekankan membangun suatu SDM yang Unggul itu bukan lip service. Bahwa kita sadar di era Industri 4.0 atau society 4.0 kita akan tertinggal dengan negara-negara ASEAN. Kenapa? Karena kita tidak mempersiapkan diri,” lanjut Prof Siti.


Pemberdayaan dan pendidikan politik kita perlukan untuk mempersiapkan masyarakat yang memiliki akses politik maupun secara ekonomi, sehingga rasa memiliki dari warga negara. Jadi, masyarakat itu sadar hak dan kewajibannya baik itu politik dan secara ekonomi.


Sebagaimana diketahui, cuitan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) kepada Presiden Jokowi menuai pro dan kontra di kalangan publik. Dalam kritikan tersebut, BEM UI menjuluki Jokowi sebagai King of Lip Service. 


Reporter : Amir Wata

Editor : Ewin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar