Ads

Rabu, 30 Juni 2021, Juni 30, 2021 WIB
Last Updated 2021-06-30T00:38:02Z
Sulsek

KITRA Harus Menjadi Issu Sentral Gerakan Kepemudaan


JOURNALTELEGRAF- Koalisi Untuk kesejahteraan TNI-Polri (Kitra TNI-Polri) secara maraton dan serentak gelar  gelombang Sosialisasi dengan tuntutan “Menaikkan 50 Juta/Bulan Gaji TNI-Polri yang berlangsung dihampir seluruh pelosok negeri.



Dadank Riyadha Kornas KITRA dalam rilis menyebut, jika sosialisasi ini perlu untuk galang dukungan dan memperkuat tuntutan  dari berbagai elemen bangsa. Ia menjelaskan aksi simpatik dan sosialisasi secara nasional serentak dilaksanakan mulai tanggal 15 Juni 2021 hingga 15 Juli mendatang. 



“KITRA berharap melalui sosialisasi ini muncul, kesadaran baru masyarakat terhadap gerakan kesejahteraan TNI POLRI. Kesejahteraan Ini bukan hanya menyangkut ketahanan dan keamanan bangsa dan negara, tapi juga menjaga kehormatan dan kemanusiaan setiap keluarga,” jelas Dadank, Selasa (29/6/2021).




"Jangan sampai KITRA dianggap tertutup. Justru sosialisasi ini guna memverifikasi originalitas gerakan dan tuntutan kesejahteraan TNI Polri sebagai agenda strategis bangsa Indonesia," tambahnya.





Sememtara itu, dukungan juga datang dari PB IKAMI Sulsel, bahkan Ketua Umum PB IKAMI SULSEL Rahmat Alkafi menyebut,  konsistensi gerakan KITRA selama satu dekade menyuarakan kenaikan gaji TNI Polri sangat strategis dalam mendukung profesinalisme pelaksanaan tugas TNI POLRI yang semakin berat. 



"Olehnya itu, harus menjadi perhatian lembaga mahasiswa dan  kepemudaan," kata Rahmat.



Bagi Rahmat, gerakan KITRA memberikan harapan pemajuan sistemik institusi pertahanan dan keamanan fundamental ekonomi negara.




Beberapa pertimbangan jika kenaikan 50 juta gaji TNI POLRI, hal itu akan mendongkrak kesejahteraan puluhan juta keluarga, "Dimana dalam hitungankurang lebih 30 juta rakyat akan langsung merasakan efek ekonominya," kata Kahfi anggota KITRA.



Kahfi menjelaskan, kenaikan gaji menjadi pilihan utama bagi kaum muda dan mahasiswa untuk meleyakkan pondasi sistem kesejahteraan, "Sebagaimana diketahui Indonesia menganut standar gaji dengan sistem vegetatif, dimana gaji hanya dihitung berdasarkan kebutuhan biologis semata," tarangnya.




Lebih jauh Kahfi menjelaskan, pemuda dan mahasiswa akan menjadi korban berikutnya dari sistem vegetatif saat terjun ke dunia kerja.



"Sudah mati-matian sekolah dan kuliah tapi, gelar akademik dan keterampilannya tidak dihargai secara layak dan tetap harus hidup dalam tekanan ekonomi," tutup Kahfi.




Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar