Foto : Fabian Kaloh, Anggota DPRD Sulawesi Utara dan Tonaas Brigade Manguni Indonesia (istimewa)
JOURNALTELEGRAF - Sejak COVID-19 melanda dunia awal tahun 2020 ada banyak hikmat yang bisa diambil dari kita sebagai penghuni bumi ini, antara lain bagaimana berpola hidup sehat (3M) dan menjaga kelestarian alam.
Bercocok tanam selain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari (Sulut menanam/ba kobong dikintal/pekarangan) tapi juga bagian dari menjaga kelestarian lingkungan.
C-19 mengajar kita untuk tidak merusak alam hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup, karena dosa ekologi kita sudah cukup besar, karna itu pula selama setahun ini kitapun hidup berdamai dengan Ibu Bumi, mencintai mahluk ciptaan Tuhan.
Makna penting lain dari bencana Covid-19 adalah Pola Hidup Sederhana.
COVID-19 telah mengajar kita untuk hidup sederhana, sederhana tidak sama dengan hemat tapi sederhana cendrung membuat kita hidup hemat.
Setahun ini kita telah menunjukan hidup sederhana dan ternyata kita bisa hidup tanpa pesta, minimal beberapa moment keluarga terbatasi “keramaiannya” karna Covid19.
Pesta identik dengan kerumunan, pesta tidak bisa menjaga jarak, dan pesta rentan dengan penularan C-19 serta pesta itu pemborosan, so’....Pesta bukan keserhanaan.
Sederhana....kesederhanaan kog setelah ada Covid19 ?. Bukankah minimal tiap tahun warga Gereja diajarkan Pola Hidup sederhana ?, kesederhanaan Raja Alam Semesta yang lahir dipalungan......dstnya.....
Jadi, seharusnya tanpa Covid19 iman Kristiani telah diajarkan untuk hidup sederhana dan seharusnya hidup sederhana itu terekpresikan dengan tidak perlu ada kembang api dan petasan, tidak perlu sibuk ke Mall, ke toko2 dan berdesakan untuk belanja yg kemudian menimbulkan kemacetan.
Covid19 sepertinya mau menegaskan apa itu sederhana karna bisa saja hotbah, homili dan berbagai pengajaran masih kurang dipahami oleh penghuni bumi ini....peaceee.
Atau dengan kata lain, karna Covid19 maka Pemerintah mengeluarkan anjuran, maklumat bahkan larangan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid19, yang akhirnya anjuran, maklumat dan larangan tersebut, menurut saya adalah bagian dari “kotbah/homili Pra-Natal” yang efektif untuk Umat yang akan merayakan Natal Yesus Kristus.
Terima kasih Pemerintah
Semoga demikian.
Selamat menyongsong peringatan Natal Yesus Kristus, 25 Desember 2020.
Penulis : Fabian Kaloh, Anggota DPRD Sulawesi Utara dan Tonaas Brigade Manguni Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar