JOURNALTELEGRAF-Otonomi Khusus (Otsus) untuk msayarakat Papua sudah berjalan 20 tahun, namun demikian, tidak menampik bahwa di Papua masih terdapat masalah yang belum maksimal teratasi, salah satunya adalah masalah pendidikan.
Wajah pendidikan di Papua dinilai masih tampak suram. Meskipun kini banyak orang Papua sudah bersekolah tinggi, bahkan hingga menjadi Profesor dan doctor, namun realitas itu belum menggambarkan kondisi nyata wajah pendidikan di Papua.
Peneliti IAIN Sorong, Papua, Dr. Ismail Marsuki Wakke, Ph.D mengungkapkan bahwa, di pedalaman Papua masih banyak anak-anak yang belum tersentuh pendidikan.
“Saya melihat dana Otsus hanya beputar di masyarakat perkotaan. Kita berharap kemudian jangan sampai ada anak-anak Papua yang tidak tersentuh pendidikan,” ucap Ismail saat mengisi Wabinar bertajuk Otsus dan Masa depan Papua, Kamis siang (20/08/2020).
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Billy Membrasar yang juga turut hadir dalam kegiatan webinar tersebut mengatakan, bahwa pendidkan di Papua harus mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah.
“Pendidikan di Papua masih tertinggal, saya menyadari itu. Saya mendirikan yayasan Kitong Bisa yang konsen terdap kemajuan pendidikan di Papua. Saya sendiri lulusan S1 melalui beasiswa Otsus ke ITB,” ungkap pria kelahiran Papua ini.
Oleh karena itu kata dia, Otsus perlu di evaluasi dengan melibatkan elemen masyarakat. "Harapan saya proses perbaikan dapat melibatkan masyarakat terutama pengguna anggaran,” ucapnya.
Wabinar ini diselenggarakan oleh Indonesian Demokrasi Network (IDN) Academik berkolaborasi dengan IKAMI SUL-SEL dan Forum Jogja Rembug.
Selain itu, kegiatan Webinar menghadirkan beberapa pembicara seperti Anggota DPD RI dan Ketua MPR For Papua Yorrys Riwayai, Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar, Peneliti IAIN Sorong, Papua Barat DR. Ismail Suardi Wakke, Ph.D, Ketum Badko HMI Papua, Papua Barat Hardi Arifiantow.
Reporter : Amir Wata
Editor : Ewin
Editor : Ewin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar